Teknologi face recognition saat ini sedang diujicobakan di 18 bandara Amerika Serikat. Teknologi ini diperkirakan akan digunakan pada tahun 2021 untuk 100% pelancong internasional di 20 bandara terbaik di negara tersebut. Selain itu, rencana peluncuran untuk teknologi ini akan segera hadir di 97% bandara pada tahun 2023. Hal ini pun akan dengan cepat menjadi hal baru yang biasa dijumpai.
Sebuah survei baru yang dilakukan oleh mesin pencari perjalanan Reservations.com menemukan opini publik yang beragam tentang penerimaan teknologi face recognition. Perusahaan tersebut melakukan survei pada 1.001 pengguna internet dewasa di Amerika. Survei tersebut menanyakan, setuju atau tidak setuju dengan pemerintah dalam menggunakan teknologi face recognition di bandara untuk meningkatkan keamanan dan kecepatan.
Hasil survei tersebut menunjukkan bahwa hampir 43% responden mengatakan mereka menyetujui penggunaan teknologi face recognition, dimana setengahnya menjawab sangat setuju. 32,5% mengatakan mereka tidak menyetujui penggunaan teknologi, bahkan jika itu mempercepat jalur keamanan. Selanjutnya sekitar 25% mengatakan mereka tidak setuju.
Hasilnya adalah sebagai berikut:
● Sangat setuju: 22,12%
● Agak setuju: 20,49%
● Tidak setuju: 24,83%
● Agak tidak setuju: 8,11%
● Sangat tidak setuju: 24,45%
Studi tersebut dilakukan untuk mengetahui apa yang sebenarnya dirasakan oleh masyarakat luas terhadap teknologi yang saat ini berkembang pesat. Hal tersebut dilakukan demi mengetahui dan memahami apa yang menjadi perhatian utama para pelancong saat merencanakan liburan di masa mendatang. Sehingga diharapkan teknologi face recognition dapat meluas hingga 97% bandara dan mungkin akan berdampak pada warga yang sadar akan keamanan.
Angka-angka tersebut mewakili pergeseran opini publik sejak akhir 2018, dimana sebuah survei Brookings Oktober 2018 menemukan hanya 31% yang mendukung penggunaan teknologi di bandara untuk membangun identitas, dan 44% memiliki pandangan yang tidak menguntungkan. Selanjutnya pada survei Desember 2018 yang dilakukan oleh Pusat Inovasi Data menemukan 54% responden menentang pemerintah dengan ketat untuk membatasi teknologi face recognition bahkan jika itu meningkatkan garis keamanan bandara.
Membahas lebih dalam tentang demografi, survei menemukan bahwa laki-laki lebih cenderung memiliki pendapat yang lebih kuat, dengan laki-laki mewakili 53% dari mereka yang sangat tidak setuju dengan penggunaan teknologi, sementara hanya mewakili 48% dari mereka yang disurvei. Mereka yang berada dalam kisaran usia 25-34 tahun (yang mewakili kaum milenial), menjadi yang paling menentang teknologi tersebut dengan 25% sangat tidak setuju.
Sebagai penyedia jasa biometrik, PT ASLI RI menyediakan beberapa macam inovasi solusi biometrik software dan hardware berdasar dari sidik jari, wajah, iris, suara, telapak tangan, hingga kecocokan jejak kaki. Produk dan solusi milik PT ASLI RI telah dipakai selama beberapa tahun oleh aplikasi sipil ataupun forensik, seperti lintas perbatasan, investigasi kriminal, sistem identifikasi nasional, registrasi pemilihan umum, pemeriksaan duplikasi dan verifikasi, penerbitan paspor dan beberapa proyek berskala nasional. Untuk penawaran dan pemesanan segera hubungi kami.