Berdasarkan laporan BiometricUpdate, MIT Technology Review mengumumkan bahwa sebuah tim peneliti dari Universitas Sains dan Teknologi Cina di Shanghai telah mengembangkan teknologi yang mampu memotret subjek hingga 45 kilometer (28 mil) jauhnya, bahkan melalui kabut asap yang tebal.
Para ilmuwan, yang dipimpin oleh Zheng-Ping Li, menggunakan detektor foton tunggal dan algoritma pencitraan komputasi khusus untuk teknik mereka berdasarkan teknologi lidar (laser range and detection). Deteksi foton memberikan efek “gating” yang melekat yang secara dramatis mengurangi kebisingan dalam sinyal dan memungkinkan sistem lidar menjadi sangat sensitif pada jarak tertentu. Technology Review menjelaskan, tim peneliti menggunakan laser inframerah 1550-nanometer dengan tingkat pengulangan 100 kilohertz dan kekuatan hanya 120 miliwatt untuk membuat sistem mata-aman dan menyaring foton surya.
Sistem dua atau tiga dimensi dapat dibuat dengan sistem tersebut, dan algoritme menggabungkan jumlah data yang relatif kecil untuk mengisinya. Technology Review melaporkan bahwa sistem tersebut dapat menghasilkan gambar dengan resolusi spasial sekitar 60 cm (2 kaki) dari sebuah bangunan sekitar 45 km menggunakan teleskop yang hanya menghasilkan suara dengan pencitraan konvensional. Penelitian sebelumnya menunjukkan detektor foton tunggal dapat digunakan untuk memperoleh gambar subjek yang berjarak 10 km.
Perangkat ini seukuran kotak sepatu besar, sehingga suatu hari dapat berpotensi untuk aplikasi portabel. Selain itu, tim berharap dapat menghasilkan gambar subjek beberapa ratus kilometer jauhnya di masa depan.
Sementara itu, The Science Times melaporkan bahwa peneliti University of Bradford telah menggunakan jaringan saraf convolutional dengan model ekstraksi fitur VGG untuk mencocokkan 100 persen wajah menggunakan gambar tiga perempat dan setengah wajah. Sistem ini awalnya hanya dapat mencocokkan 60 persen gambar bagian bawah wajah dengan benar, lalu 40 persen gambar hanya mata dan hidung subjek. Namun, setelah melatih model pada gambar parsial, foto parsial yang menantang itu diidentifikasi dengan benar hampir 90 persen. Mencocokkan fitur wajah individu seperti hidung, pipi, dahi, atau mulut pada umumnya tidak berhasil. Peneliti utama, Profesor Hassan Ugail menjelaskan bahwa temuan ini sekarang perlu divalidasi pada dataset yang lebih besar.
PT ASLI RI sebagai jasa penyedia layanan biometrik di Indonesia, menawarkan pelayanan biometrik yang terpercaya, menyediakan beberapa macam inovasi solusi biometrik software dan hardware seperti sidik jari, wajah, iris, suara, telapak tangan, hingga kecocokan jejak kaki. Berbagai produk dari PT ASLI RI telah digunakan oleh instansi pemerintah maupun swasta yang berskala nasional. Tertarik untuk mendapatkan layanan biometrik yang terpercaya? Segera hubungi kami sekarang juga.